republikinstitute
  • Home
  • Tentang Kami
    • Pengurus
    • Visi & Misi
    • Profil
  • Rilis & Publikasi
  • Artikel
  • Informasi Kegiatan

    The Witcher 3: Wild Hunt for PlayStation 4 Reviews

    Halo Wars 2 on Xbox One Review: The Good and The Bad

    Uncharted 4: A Thief’s End on Playstation 4 Review

    Nioh Review: This More Than Just a Dark Souls Clone

    Tekken 7 launches in June for PS4, Xbox One, and PC

    Mass Effect: Andromeda for Playstation 4 Insanely Review

    The Best Upcoming Games for PC, PS4 and XBOX One in 2017

  • Kontak
No Result
View All Result
  • Home
  • Tentang Kami
    • Pengurus
    • Visi & Misi
    • Profil
  • Rilis & Publikasi
  • Artikel
  • Informasi Kegiatan

    The Witcher 3: Wild Hunt for PlayStation 4 Reviews

    Halo Wars 2 on Xbox One Review: The Good and The Bad

    Uncharted 4: A Thief’s End on Playstation 4 Review

    Nioh Review: This More Than Just a Dark Souls Clone

    Tekken 7 launches in June for PS4, Xbox One, and PC

    Mass Effect: Andromeda for Playstation 4 Insanely Review

    The Best Upcoming Games for PC, PS4 and XBOX One in 2017

  • Kontak
No Result
View All Result
republikinstitute
No Result
View All Result
Home Artikel

Kekuasaan “Yang Maha” Benar

Oleh : Fajlurrahman Jurdi

Recht by Recht
June 19, 2023
in Artikel
0 0
0
Fajlurrahman Jurdi, Dosen FH UNHAS

Fajlurrahman Jurdi, Dosen FH UNHAS

0
SHARES
60
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Dalam keadaan yang tak dikehendaki, kadang kekuasaan ingin menjadi mitos. Di banyak tempat, untuk mengukuhkan mitologi itu, kekuasaan membangun patung dan merumuskan “kurikulum”, dan dalam berbagai kesempatan, ia membeli sebagian tokoh agama untuk menopang legitimasi kekuasaannya.

Dalam konteks ini, kekuasaan butuh mitologi pasca ia berkuasa. Untuk membangun mitologi, kekuasaan membutuhkan rumus-rumus kebenaran, dan kebenaran yang paling penting adalah bagaimana ia bisa menjadi satu-satunya sumber bagi seluruh pikiran dan tindakan dalam lingkungan yang ia kuasai. Maka ia tak dapat dipersalahkan, yang dalam kalimat Louis XIV saat ia ucapkan dihadapan parlemen Paris pada 13 April 1655, L’État, c’est moi, Negara adalah aku. “Negara” yang publik, menyatu bersama “aku” yang personal. Maka, “Negara menjadi aku, dan aku menjadi Negara”. Ia berkuasa selama 72 tahun, dan sebelum meninggal, kata Louis de Rouvroy yang membela Louis, ia mengucapkan: “Je m’en vais, mais l’État demeurera toujours” (saya akan pergi, tetapi negara akan tetap ada).

Mistisisme kekuasaan sebagai yang “maha baik”, telah diletakkan secara fondasional oleh Agustinus. Sang pendeta mengunci rapat, bahwa; “Citizens have the duty to obey their political leaders regardless of whether the leader is wicked or righteous. There is no right of civil disobedience”. Betapa sakralitas, mistisisme dan tak pernah salah itu merupakan milik tunggal sang penguasa.

Tetapi historical dan pendasaran argumen Agustinus adalah doktrin teologis, tentang bersatunya “dunia sini dan dunia sana”, yang diperintah oleh dua mahluk titisan Tuhan, Raja dan Pendeta. Keduanya adalah satu yang tak terpisahkan. Raja mengurus “dunia sini”, sedangkan pendeta mengurus “dunia sana”. Maka, apa yang dilakukan oleh Raja adalah melaksanakan kehendak Tuhan “disini”, sedangkan sang pendeta mengatur kehendak Tuhan “disana”.

Titik temu yang kompatible antara kehendak sang dei (tuhan) dan ambisi dunia yang tercetak dalam dada sang raja, menyebabkan “ucapan” dan dalil-dalil politik yang imanen dari sang raja, menjadi transenden ketika kehendak Tuhan mewujud bersamanya. “Aku mengucapkan apa yang tuhan kehendaki, dan aku adalah sang penerjemah keinginan Tuhan yang transenden”.

Saat ia merasa menjadi bagian dari Tuhan, maka dalam mitologi jawa, sang penguasa menyebut dirinya; “Ingsun”. “Ingsun” adalah pengganti kata “aku” yang semula “profan” menjadi transenden. “Ingsun” adalah hakikat Tuhan dalam realitas, sebab itu, ia punya “martabat”. Dengan “martabat” itu, sang “ingsun” adalah “maha manusia”, yakni manusia yang bisa melakukan apa yang dilakukan oleh Tuhan. Pada konteks ini, ia menjadi “maha benar”, sebab perbuatan manusia adalah juga perbuatan Tuhan.

Belakangan ini, sebagian penguasa, hendak meletakkan fondasi mitos tentang dirinya. Keinginan untuk menjadi “maha manusia” cukup besar, meskipun terhalang oleh sistem. Untuk memperpanjang usia dan rentang kendali kuasa, mereka rata-rata menyiapkan pengganti yang “patuh, taat, dan setia” untuk melanjutkan rencana yang ia letakkan. Meskipun, rencana dan fondasi yang diletakkan penuh intrik, skenario dan ranjau kejahatan.

Bagi “ingsun” ia selalu benar. Bagi Louis, “Negara adalah Dia”. Sementara Agustinus menghendkaki “the duty to obey” bagi warga Negara. Jika dirangkum, bukankah ini semua sebenarnya adalah mengokohkan dalil, bahwa penguasa adalah “maha manusia” yang tak pernah salah?. Dalil ini sangat terkenal dengan istilah; “The king can do no wrong”. Raja tak dapat dipersalahkan?. Jika tak dapat dipersalahkan, tidak kah ia “maha benar”?. Bukankah dalam teologi, yang maha benar itu hanya Tuhan?.

*) Penulis adalah Dosen Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin.

Previous Post

Additional Paid-in Capital: What It Is, Formula, and Examples

Next Post

Bitcoin vs Bitcoin Cash: What’s the Difference?

Recht

Recht

Next Post

Bitcoin vs Bitcoin Cash: What's the Difference?

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • Trending
  • Comments
  • Latest
DESPOTISME LUNAK

DESPOTISME LUNAK

February 16, 2023
Fajlurrahman Jurdi, Dosen FH UNHAS

Kekuasaan “Yang Maha” Benar

June 19, 2023
KETUA PUSAT KAJIAN KEJAKSAAN UNHAS: UPAYA KORUPTOR “AMPUTASI” KEWENANGAN KEJAKSAAN AKAN GAGAL.

KETUA PUSAT KAJIAN KEJAKSAAN UNHAS: UPAYA KORUPTOR “AMPUTASI” KEWENANGAN KEJAKSAAN AKAN GAGAL.

May 14, 2023

The Witcher 3: Wild Hunt for PlayStation 4 Reviews

January 8, 2023

The brand new 10 Better Hotels Close Piazza Bellini Within the Naples, Italy

0

Изменение торгового времени по ряду инструментов в связи с грядущими праздниками

0

How do I prepare my accounts? Low Incomes Tax Reform Group

0

Форекс Клуб официальный сайт, реальные отзывы

0

The brand new 10 Better Hotels Close Piazza Bellini Within the Naples, Italy

December 2, 2023

Vision Of hooks heroes $1 deposit Horus Slot Comment

December 2, 2023

Local casino Heroes Comment ️ United kingdom examine the site Games, Certification and Latest Selling 2023

December 2, 2023
Lewat FGD, Kejati Sulsel Petakan Potensi Kerawanan Pemilu 2024 di Sulsel

Lewat FGD, Kejati Sulsel Petakan Potensi Kerawanan Pemilu 2024 di Sulsel

November 30, 2023

Recommended

The brand new 10 Better Hotels Close Piazza Bellini Within the Naples, Italy

December 2, 2023

Vision Of hooks heroes $1 deposit Horus Slot Comment

December 2, 2023

Local casino Heroes Comment ️ United kingdom examine the site Games, Certification and Latest Selling 2023

December 2, 2023
Lewat FGD, Kejati Sulsel Petakan Potensi Kerawanan Pemilu 2024 di Sulsel

Lewat FGD, Kejati Sulsel Petakan Potensi Kerawanan Pemilu 2024 di Sulsel

November 30, 2023

Tentang Kami

Lembaga riset dan kajian yang fokus dibidang politik, hukum, kebijakan public dan berbagai fenomena kebangsaan untuk kemajuan bangsa

Read more

Ikuti Kami

Instagram: @republik_institute

Makassar

  • About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Kontak

© 2023 republikinstitute.com - Support by MW.

No Result
View All Result
  • Home
  • Tentang Kami
    • Pengurus
    • Visi & Misi
    • Profil
  • Rilis & Publikasi
  • Artikel
  • Informasi Kegiatan
  • Kontak

© 2023 republikinstitute.com - Support by MW.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In